Selasa, 09 Januari 2018

FIRMAN TUHAN MAKANAN ROHANI

FIRMAN TUHAN MAKANAN ROHANI 

Tetapi Yesus menjawab : "Ada tertulis : Manusia hidup bukan dari roti saja, 
tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
 (Matius 4:4).
 
Sangatlah wajar kalau kita selalu sibuk unruk mencari kebutuhan hidup sehari-hari, terutama apa yang dimakan dan diminum, supaya kita hidup dan kuat secara jasmani. 
Namun, harus disadari secara mendalam bahwa kehidupan rohani kita, sangat membutuhkan energi dari makanan rohani pula. Firman Allah adalah makanan rohani bagi kita, dan karena itu nikmatilah setiap hari, baik pagi, siang maupun malam. Caranya : baca, renungkan dan lakukanlah Firman Allah itu dalam kehidupanmu sehari-hari.
Dengan demikian, pasti terjadi pertumbuhan rohani yang membuat iman percaya kita kuat. Sekalipun dalam kehidupan ini, kita menghadapi banyak badai persoalan, kita tetap kuat. Tuhan Yesus memberikan kekuatan, kemampuan dan pengharapan bagi kita. Nikmatilah Firman Allah setiap hari.
Sudahkah anda menikmatinya hari ini?
 

Kamis, 23 Februari 2017

MENGASIHI MUSUH, Mat 5 : 44. Pdt. Sd. Laiya.

PENDAHULUAN

Nats : 
Tetapi Aku berkata kepadamu : Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Mengucapkan kasih sangat gampang tetapi dalam prakter sehari-hari agaknya sulit untuk melakukannya. Apalagi untuk mengasihi musuh. Namun sebagai pengikut Kristus harus mampu melakukannya. Agustinus, seorang bapak gereja pernah mengatakan : "Jika ada orang berbuat jahat kepadamu ampunilah dia, jika tidak mengampuninya maka orang jahat menjadi dua orang." Artinya, jika kita tidak rela mengampuni orang yang berbuat jahat kepada kita, maka kita tidak ada bedanya, kita sama saja dengan orang itu. Sehubungan dengan itu, mari kita perhatikan beberapa hal di bawah ini.

URAIAN DAN PENERAPAN

Yesus katakan : "Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." Mendoakan orang yang menganiaya atau membuat sakit hati terhadap kita, sudah merupakan tindakan awal untuk mengasihi musuh. Bukan mendoakan supaya musuh cepat mati tetapi berdoa kepada Tuhan supaya diberi kesadaran dan bertobat dari segala kejahatannya.

Secara manusia, mengasihi musuh terlalu sulit. Tetapi supaya kita mampu melakukan perintah Tuhan Yesus seperti itu kita harus pertimbangkan, paling tidak tiga hal sebagai berikut :

Pertama, Tergantung bagaimana hubungan kita dengan Tuhan. Jika kita benar-benar dekat dengan  Tuhan, kita ungguh-sungguh mempunyai hubungan yang akrab dengan Tuhan, dan jika kita mengasihinya dengan sungguh-sungguh maka pasti kita mampu mengasihi musuh karena Dia yang memampukan kita untuk itu. Tetapi kalau hubungan kita dengan Tuhan hanya secara formalitas maka apapun yang diperintahkan kepada kita, termasuk mengasihi musuh tidak mungkin kita lakukan. Tetapi jika kita di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam kita pasti kita bisa melakukannya.

Kedua, Kita harus melihat kepada diri kita. Melihat kepada diri berarti secara jujur kita harus menyadari bahwa kitapun pada dasarnya orang jahat, orang berdosa, Tetap kita harus bersyukur karena kita masih dikasihani oleh Tuhan Yesus, Ia rela mengampuni kita, Jadi kalau kita sudah diampuni, mengapa kita tidak mengampuni dan mengasihi orang lain, sekalipun ia sudah menjahati kita? (ingat ajaran Yesus Mat 6:14-15).

Ketiga, Melihat orang lain secara objektif. Biasanya kita hanya melihat kejelekkan orang lain, apalagi kalau orangnya sudah sering menyakiti hati kita, Namun sebagai pengikut Kristus, kita harus menyadari bahwa sejahat-jahatnya orang itu, pasti ada yang baik pada dirinya. Jadi melihat orang lain itu jangah hanya yang jeleknya saja tetapi harus melihat sisi baiknya juga. 

Jadi, kita kita benar-benar mau mempertimbangkan ketiga hal tersebut di atas, maka mengasihi musuh pasti bisa kita lakukan, karena Tuhan Yesus yang mempampukan kita. Amin.


Batam, 24 Februari 2017.

 

.

MENGASIHI MUSUH, MAT

Selasa, 13 September 2016

PERSEPULUHAN, TANYA JAWAB


TANYA-JAWAB
SEPUTAR PERSEPULUHAN
Pdt. Sudiaro Laiya


(1). Pertanyaan :
Ada orang yang mau memberikan persepuluhannya, tetapi ia langsung memberikannya untuk membantu saudaranya, atau orang lain yang  dianggapnya sangat menderita. Apakah hal itu dibenarkan?

Jawaban :
Dalam surat Maleakhi 3:10a menjelaskan, bahwa Alla sendiri berfirman :   “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku…..”  
Berdasarkan Firman Allah tersebut, jelaslah bahwa persepuluhan itu, seharusnya dibawa ke rumah Allah untuk dikelola dan diatur oleh para hamba Tuhan, supaya digunakan untuk memenuhi kebutuhan palayanan atau pekerjaan Tuhan. Dengan demikian tidaklah benar jika seseorang mengalihkan persepuluhannya kepada kepentingan lain, sekalipun itu dimaksudkan membantu saudaranya yang kesulitan atau orang lain yang sedang mengalami penderitaan. Yang diberi kewenangan oleh Allah untuk mengatur kegunaan persepuluhan itu, adalah para pelayan yang sudah dipercayakan Tuhan untuk hal itu. Karena itu, marilah kita melaksanakan kewajiban kita kepada Allah seturut dengan kehendakNya.

(2). Pertanyaan :
Jika seseorang mendapat gaji sebulan sebesar Rp. 2.000.000, tentu persepuluhannya seharusnya Rp. 200.000. Jika dalam bulan tersebut dia sudah berniat dan mengambil keputusan membayar persepuluhannya, tetapi hanya Rp. 100.000, apakah itu dapat disebut persepuluhan dan berkenankah Tuhan menerimanya?

Jawaban :
Persepuluhan, merupakan salah satu “jenis persembahan” yang ditentukan Allah kepada umaNya, disamping berbagai jenis persembahan lainnya, baik di dalam Perjanjian Lama maupun di dalam Perjanjian Baru.
Jika seseorang telah meniatkan dan mengambil keputusan untuk membayarkan persepuluhannya kepada Allah hanya Rp. 100.000, yang seharusnya Rp. 200.000, jenis persembahannya itu tetap disebut persepuluhan, sekalipun jumlahnya kurang dari yang sebenarnya. Tingkat kesadaran seseorang tidak sama. Yang penting, mulailah melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan. Kita percaya bahwa melalui pekerjaan Roh Kudus, akan terus menolong seseorang meningkatkan kesadarannya untuk memberi. Tuhan memang menerimanya, namun Ia pasti tahu, bahwa yang diberikan itu, masih kurang dari sepersepuluh dibanding dengan penghasilannya.

Oleh karena itu, di dalam kita memberi persepuluhan yang sudah ditentukan Allah sebagai kewajiban kita, haruslah kita taati sepenuhnya. Lagi pula, telah Allah tentukan bahwa sepersepuluh dari segala penghasilan kita adalah milikNya, yang sepenuhnya kita bayar atau kembalikan kepadaNya. Jadi, yang dituntut dari pada kita dalam hal memberi adalah kesadaran, kerelaan, sukacita dan kejujuran. Dalam II Korintus 9:7 dikatakan : “Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” Dan dalam Mazmur 50:23b ditegaskan : “siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.”

(3). Pertanyaan :
Apakah dengan membayar persepuluhan, bisa menjamin kita mendapat keselamatan atau masuk sorga?

Jawaban :
Keselamatan, tidak dapat dibeli dengan uang, perak atau emas. Kita diperkenankan beroleh keselamatan, hanya karena kasih karunia Allah. Artinya, bukan semata-mata karena perbuatan baik kita, atau karena kita rajin memberikan persepuluhan. Kita dimungkinkan beroleh keselamatan, hanya karena pengorbanan Yesus, yang memberi segenap hidup-Nya, sampai mati di kayu salib. Ia menebus kita dengan darah-Nya, supaya kita beroleh selamat. Dalam surat I Petrus 1:18-19 : “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”
Jadfi, memberikan persepuluhan bukan supaya kita selamat masuk sorga, tetapi kita memberi persepuluhan, adalah sebagai respons atas kasih karunia keselamatan dari Allah, yang sudah diberikan kepada kita melalui pengorbanan Yesus, di atas kayu salib.

Jumat, 02 September 2016

MEMPERTAHANKAN KELAKUAN TETAP BERSIH


Naskah khotbah Pdt. Sudiaro Laiya
Minggu, 22 Maret 2015 (siang)
Di Jemaat BNKP Anugerah Tabing

Tema :
CARA MEMPERTAHANKAN KELAKUAN BERSIH
Mazmur 119:9-16


I.PENDAHULUAN

Mazmur 119, merupakan pasal yang terpanjang dalam Alkitab. Mazmur ini ditulis setelah Bait Allah dibangun kembali, sebagai suatu perenungan akan keindahan firman Allah dan juga keindahan hidup orang yang sedia dituntun oleh firman Allah.
Kerinduan pemazmur, adalah menjaga hidupnya tetap bersih, tidak menyimpang dari perintah-perintah Tuhan. Dan kerinduannya ini bukan hanya sekedar menjadi angan-angan atau selogan hidup semata. Kerinduannya pemazmur, ditindaklanjuti dengan usaha-usaha untuk mencapainya, yaitu dengan mencari Tuhan melalui firmanNya.

Saya percaya, bahwa kita rindu akan perubahan yang signifikan dalam diri, keluarga, gereja dan bangsa kita. Kita rindu akan kehidupan yang tentram dan damai. Kita rindu agar di wajah setiap insan kembali memancarkan “gambar dan rupa” Allah, yang penuh kasih, bertanggung jawab, memiliki daya kreatifitas untuk membangun kehidupan menjadi “lebih baik”.

II.URAIAN DAN PENERAPAN

Khususnya dalam Mazmur 119:9-16, yang merupakan nats khotbah hari ini, pemazmur mengemukakan beberapa hal yang penting dilakukan seseorang “mempertahankan kelakuannya bersih”.

1.Dengan menjaganya sesuai dengan firman Tuhan (ay 9b).

Hidup benar (bersih) di tengah-tengah kebobrokan moral zaman sekarang sangat sulit dan berat. Mengapa? Karena hidup di dunia ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan. Hidup di tengah-tengah masyarakat yang beraneka ragam, nilai kebenaran itu sendiri sangat “relatif.” Apa yang kita anggap benar, belum tentu benar menurut pandangan orang lain. Dan apa yang dipandang benar oleh orang lain, belum tentu benar menurut pandangan kita. Sehingga nilai kebenaran itu tidak mutlak, tergantung sudut pandang seseorang.

Misalnya : Bagi segelintir orang korupsi itu dianggap benar karena banyak orang melakukannya dan cepat menjadi kaya raya. Tapi bagi sebagian orang, korupsi itu merupakan kejahatan yang harus dibrantas (makanya ada KPK, walaupun orang-orangnya sering dikriminalisasi). Bagi mereka yang sudah terbiasa korupsi, uang yang diperoleh dengan cara haram seperti itu, bahkan dianggap sebagai “berkat/anugerah.” Sebagian orang menganggap tidak ke gereja itu tidak salah, yang lain mengatakan salah, dst. Dalam hal ini pemazmur memberikan satu nilai kebenaran adalah Sesuai Dengan Firman Tuhan. Jadi untuk mempertahankan kelakuan bersih, mempertahankan hidup benar, harus menjaganya sesuai dengan firman Tuhan (ay 9b).

Misalnya, Mengasihi. Mengasihi sesuai dengan firman Tuhan adalah, mengasihi Allah dengan segenap hati…. dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (Mt 22:37-39). Jadi menurut firman Tuhan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Ibarat sebuah salib. Salib adalah pertemuan antara kayu vertikal dengan kayu horizontal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena begitu dipisahkan, bukan lagi salib namanya. Demikian juga antara mengasihi Tuhan dengan mengasihi sesama manusia, tidak dapat dipisahkan; karena tidak mungkin kita mengasihi Tuhan tanpa mengasihi sesama manusia. Untuk mempraktekkan kasih ini itulah tanggungjawab kita.

Melakukan kasih dengan benar adalah harus sesuai dengan firman Tuhan. Karena itu, kita harus selalu ingat bahwa yang memberikan penilaian benar atau tidak terhadap perbuatan atau kelakuan kita adalah firman Tuhan. Kalau sesuai dengan firman Tuhan perbuatan dan kelakuan kita, berarti itu benar. Tetapi kalau tidak sesuai, berarti salah.

Sehubungan dengan itu, firman Tuhan hendak merevolusi mental setiap orang yang sudah rusak dan bobrok selama ini dengan mengatakan : “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendah Allah : apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rom 12:2). Selanjutnya dikatakan : “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (II Tim 3:16). Jadi sesuai dengan yang diajarkan pemazmur, bahwa yang perlu dilakukan seseorang untuk mempertahankan kelakuannya tetap bersih, adalah dengan menjaganya sesuai dengan firman Tuhan (ay 9b).

2.Dengan segenap hati mencari Tuhan (ay 10).

Yang dilakukan seseorang untuk mempertahankan kelakuannya bersih adalah “Mencari Tuhan dengan segenap hati.” Bagaimana caranya mencari Tuhan? Mencari Tuhan  adalah  melalui kegiatan : beribadah,  berdoa, mendengar, atau membaca dan merenungkan firman Tuhan. Jika kita berbicara dengan segenap hati mencari Tuhan, tidak hanya sekedar ikut-ikutan orang lain. Tetapi mencari Tuhan dengan segenap hati harus dengan kesadaran, dengan motivasi yang benar. Apakah benar semua orang yang pergi beribadah ke gereja murni (dengan segenap hati) mencari Tuhan?

Melalui kegiatan PWJ tahun 2014 yang lalu, setiap rumah tangga telah dikunjungi para pelayan untuk meberikan pemahaman betapa pentingnya setia beribadah, rajin berdoa, serta rutin mendengar, membaca dan merenungkan firman Tuhan; baik di gereja maupun di rumah kita masing-masing. Yang diharapkan dari usaha itu ialah, agar setelah semua warga jemaat memahaminya, termotivasi mempraktekkannya dalam kehidupan pribadi, keluarga dan jemaat. Hal itu penting kita lakukan dengan segenap hati, karena itulah cara yang ditunjukkan firman Allah kepada kita, untuk mencari dan menemukan Tuhan kini dan disini.

Memang kita sering beribadah, berdoa, mendengar, membaca dan merenungkan firman Allah, termasuk kita yang sedang beribadah saat ini. Tetapi yang menjadi pertanyaan ialah : Apakah benar dengan segenap hati kita mencari Tuhan, seperti kerinduan pemazmur?

Untuk menjawab pertanyaan ini, saya beri contoh, misalnya : Mungkin ada orang,…… secara fisik sedang beribadah, berdoa, memuji dan mendengar firman Tuhan, tetapi hati dan pikirannya sedang bercabang kemana-mana : mungkin memikirkan masaalah pekerjaan, masaalah keluarga, masaalah perselisihan atau hati yang masih jengkel kepada orang lain, dst. Jika ada yang beribadah dengan sikap seperti itu, sia-sialah ia mencari Tuhan. Tuhan Yesus berkata : “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, ….” (Mat 15:8-9a).

Hari ini, pemazmur mengajak kita supaya kita mencari Tuhan dengan segenap hati, menyerahkan segenap hidup kita kepada-Nya, memohon agar kita dimampukan berjalan di jalan Tuhan dan tidak menyimpang dari perintah-perintah-Nya. Jadi, jika kita setia mencari Tuhan dengan segenap hati, setia berjalan di jalan Tuhan dan tidak menyimpang dari kebenaran firman-Nya, maka dengan jalan itu, kita dapat mempertahankan kelakuan dan mentalitas kita, menjadi bersih (sekalipun tidak sempurna 100%).

3.Menyimpan firman di dalam hati dan menyaksikannya dgn bibir/mulut (ay 11-18).

Hal ketiga yang perlu diperhatikan jika seseorang mau mempertahankan kelakuannya bersih adalah dengan cara “menyimpan firman-Nya di dalam hati dan menyaksikannya dengan bibir/mulut”.

Ada satu kalimat illustrasi mengatan : Hati adalah jendela mata. Artinya, apa yang ada di dalam hati akan terpancar dari mata. Kalau hati lagi marah maka mata akan merah. Kalau hati lagi bersukacita maka mata akan berseri-seri. Suasana hati itu tergantung dari apa yang ada di dalamnya. Jika hati diisi dengan kebencian maka hidupnya akan memancarkan “sinyal” kesal dan marah. Tetapi jika hati kita dipenuhi janji-janji maka akan terpancar suatu gelora yang membara dan semangat yang luar biasa.

Pemazmur, mengisi hatinya dengan firman dan janji keselamatan dari Tuhan. Firman dan janji-janji Tuhan yang ada di hatinya, membuat dia terus rindu dan bersemangat menjalin hubungan dengan Tuhan melalui perenungan firman-Nya. Tetapi pemazmur tidak hanya sekedar merenungkan firman di dalam hati, tetapi di ayat 13 dikatakan : “Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan.” Firman dan janji Tuhan yang mengisi hatinya, memberi semangat baginya untuk bersaksi dengan bibirnya.

Hari ini kita diajak mengisi hati kita dengan firman dan janji-janji keselamatan dari Tuhan, supaya memberikan semangat dan pengharapan yang teguh di hati kita, sekaligus memberi semangat dan motivasi kepada kita menyaksikan firman Tuhan dengan bibir/mulut kita. Jadi, firman dan janji-janji Tuhan yang disimpan di dalam hati, direnungkan setiap hari, dan diperkatakan dengan mulut, akan membawa pembaharuan yang radikal dalam hidup kita, sehingga kita mampu menjaga dan mempertahankan kesuciah hidup kita di hadapan Allah dan sesama. Amin.

Sabtu, 27 Agustus 2016

PILIH SATU DI ANTARA DUA (Lukas 12:49-56)


KHOTBAH MINGGU TGL. 14 AGUSTUS 2016, 

Di Jemaat BNKP Anugerah Tabing-Padang (siang)

Tema :
PILIH SATU DI ANTARA DUA
Lukas 12:49-56
Pdt. Sudiaro Laiya

Pengantar

Pada bagian sebelum khotbah ini, Yesus memberi peringatan supaya kita waspada menghadapi segala situasi. Diserukan kepada kita supaya selalu berjaga-jaga dan berlaku setia melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada kita di dunia ini (Luk 12:35-48).

Sekarang, menyusul sejumlah perkataan-perkataan Yesus yang menjelaskan bahwa zaman dimana para pendengar-Nya dulu – termasuk kita sekarang – merupakan masa yang sangat krisis, yang mengharuskan kita mengambil keputusan yang sangat mendasar, yaitu keputusan yang menentukan hidup atau mati. Selanjutnya Yesus mengingatkan, bahwa para pengikut Kristus, tidak selalu hidup dalam kedamaian, terkadang mengalami ketegangan, pertentangan, bahkan perlawanan. Karena itu, Yesus ingatkan supaya kita hidup bijaksana menilai zaman ini (Luk 12:49-56).

Dan pada bagian sesudah khotbah, Yesus mengingatkan agar menggunakan kesempatan yang ada untuk bertobat. Bagi mereka yang tidak bertobat, mereka pasti akan menemui akibatnya. (Luk 12:57-59).

Dan supaya lebih mudah memahami nas khotbah ini, kami mau menjelaskannya dengan tema :
“PILIH SATU DI ANTARA DUA.”
1.      Menerima atau Menolak.
2.      Bertahan atau menyerah.
3.      Serius atau Cuet.
Uraian dan Penerapan

1.        Menerima atau Menolak (ay 49-50)

Sebelum masuk ke sub tema pertama, saya menjelaskan terlebih dahulu apa maksud Yesus di ayat 49, 40. Ayat 39, “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!”  Ayat 50, “Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!”

Di ayat 49a, Api menggambarkan murka atau hukuman Allah yang akan dikenakan atas muka bumi karena dosa. Namun, murka atau hukuman itu harus ditimpakan kepada Yesus. Itulah yang dimaksudkan ketika Yesus mengatakan pada ay 50 Aku harus menerima baptisan. Pada awal pekerjaan-Nya, Ia menerima baptisan dari Yohanes, Ia dibenamkan ke dalam air, di sungai Yordan. Tetapi di akhir pekerjaan-Nya, Ia dibaptis atau dibenamkan ke dalam penderitaan dan kematian, di kayu salib. Karena itu, pada ayat 49b dan 50b, disatu pihak Yesus mengharapkan api murka itu segera menyala, tetapi di pihak lain hati Yesus sangat susah sebelum murka dan hukuman itu berlangsung atas diri-Nya (cf peristiwa di taman Getzemani, Mat. 26:38a).

Jadi, realisasi api murka dan hukuman Tuhan yang ditimpakan kepada Yesus ialah, penderitaan dan kematian-Nya di kayu salib. Dalam hal ini, kita harus memahami bahwa peristiwa salib itu,  merupakan tindakan kasih Allah, untuk mendamaikan manusia dengan diri-Nya. Jadi peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus, memulihkan hubungan manusia dengan Allah, yang sudah rusak karena dosa. Oleh sebab itu, manusia harus segera mengambil keputusan, untuk menerima atau menolak-Nya.

Barang siapa yang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dibebaskan dari hukuman dosa, dan beroleh selamat (cf. Yoh. 3:16). Tetapi barang siapa mengambil keputusan untuk menolak, yang akan terjadi atasnya adalah murka dan hukuman Allah. Karena itu saudara, pilih satu di antara dua : Menerima atau Menolak Yesus.
2.      Bertahan atan Menyerah (ay 51-53)

Berkaitan dengan bagian pertama, sudah dijelaskan bahwa kedatangan Yesus di dunia ini membawa keselamatan dan kedamaian. Tetapi mengapa Yesus mengatakan di ayat 51, bahwa Ia datang membawa pertentangan?

Yesus mengatakan seperti itu, karena menurut pengharapan tokoh-tokoh teolog Yahudi, bahwa kedamaian dan keselamatan yang dibawa ketika Mesias datang, adalah kedamaian dan keselamatan secara politis, yaitu kedamaian dan kelepasan mereka dari penjajahan Romawi. Sebab itu Yesus mau menegaskan bahwa, bentuk kedamaiana dan keselamatan yang dibawa-Nya, sama sekali beda dan tidak seperti yang diharapkan orang-orang Yahudi.

Mengapa pertentangan itu bisa terjadi? Pertentangan itu terjadi, karena kehadiran Yesus dan karya keselamatan yang dikerjakan-Nya, lewat kematian dan kebangkitan-Nya, manusia meresponnya dari dua sisi yang berbeda. Ada kelompok manusia yang percaya dan  menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat; mereka disebut murid atau pengikut Kristus. Dan yang lain adalah kelompok manusia yang tidak percaya dan yang menolak Yesus serta pengajaran-Nya. Kelompok ini, menentang, membenci, dan menganiaya orang-orang percaya, yang setia mengikut Kristus. Itulah bentuk “pertentangan” yang dimaksudkan Yesus pada ayat 51 tersebut, yang akan dialami oleh para murid-Nya. Dan hal itu sudah terjadi dan akan terus terjadi.

Pada zaman sekarangpun, seringkali terjadi hal yang serupa. Pihak-pihak yang menolak Yesus, membenci dan memusuhi orang Kristen, menghalangi orang beribadah, bahkan tidak jarang terjadi, rumah-rumah ibadah dirusak dan dibakar, dsb. Lalu dalam menghadapi semua itu, kita bersikap seperti apa?. Melakukan perlawanan atau pembalasan? Dan kalau kita diancam menanggalkan iman, apakah kita harus menyerah?
Tuhan Yesus mengingatkan kepada kita dalam Injil Matius 24:9-13  dikatakan : Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. 

Jadi, sikap menghadapi situasi genting seperti itu, kita harus bertahan, tidak boleh cepat menyerah. Orang yang cepat menyerah tidak mendapat bagian apa-apa dari Tuhan, bahkan yang terjadi adalah kehancuran. Tetapi orang yang bertahan akan selamat. Karena itu, mari kita pilih  satu di antara dua, yaitu : Bertahan atau Menyerah.

3.      Serius atau Cuet (ay 54-56)

Bagian ini, ditujukan kepada orang banyak, khususnya para pemuka agama Yahudi. Yesus mengkritik mereka, karena tidak dapat menilai zaman ini. Di ay. 56 Yesus katakan : “Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?

Yang merupakan kritikan Tuhan Yesus adalah mereka dapat menilai dan memahami tanda-tanda alam di sekelilingnya, apakah mau datang hujan atu panas, mereka bisa menilainya (ay 54-55). Namun terhadap peristiwa kedatangan Tuhan Yesus, mereka tidak mau tahu, cuet dan tidak mau memahami zamat tersebut. Mereka menikmati apa yang telah mereka lakukan selama ini, yaitu hidup dalam kemunafikan. Mereka seperti orang yang rohani namun hidup mereka jauh dari kebenaran firman Tuhan. Secara lahiriah mereka begitu beribadah tetapi secara batiniah mereka jauh dari Tuhan. Mereka menganggap diri sebagai tokoh dan pemimpin di bidang agama tetapi hidup mereka penuh dengan kepalsuan.

Bagaimana dengan kita? Tuhan Yesus tahu apakah kita sungguh-sungguh percaya kepada-Nya atau tidak. Tuhan Yesus juga melihat apabila kita menjalankan ibadah kita dengan serius atau hanya secara formalitas saja. Tuhan Yesus juga bisa merasakan apakah kita sungguh-sungguh melibatkan-Nya dalam berbagai aktivitas kita sehari-hari atau tidak peduli karena kita merasa mampu melakukannya sendiri. Tuhan Yesus pun sangat memperhatikan apakah kita serius melayani-Nya dengan sepenuh hati atau setengah hati. Tuhan tahu semuanya.

Jadi, yang Tuhan Yesus kehendaki bagi kita adalah keseriusan dalam menjalankan tugas panggilan kita, baik sebagai warga jemaat maupu sebagai hamba-Nya. Sebab segala sesuatu yang kita kerjakan, akan kita pertanggungjawabkan kelak dihadapan Allah.
Sekarang, tentukan sikap, pilih satu di antara dua : Serius atau Cuet.
Amin.