Senin, 27 Juni 2016

HIDUP BERPADANAN DENGAN PANGGILAN KITA


Renungan pada Kebaktian bulananUmat Kristiani
Kompleks Perumahan Pondok Indah
Batam Centre - BATAM
Mg, 26 Juni 2016, dilayani Pdt. Sudiaro Laiya

HIDUP BERPADANAN DENGAN PANGGILAN KITA
Efesus 4 : 1-2, I Petrus 2:9-10
Nats

“Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”

Uraian dan Penerapan

Pada waktu saya belajar di Sekolah Teologi, kami diharuskan tinggal di asrama. Para mahasiswa yang belajar di teologi terdiri dari satu jenis kelamin saja, semuanya laki-laki, karena zaman itu gereja pendiri Sekolah Teologi tersebut, belum menerima perempuan menjadi Pendeta.

Kami sering dikumpulkan dan berkali-kali diberi ceramah bagaimana cara hidup sebagai mahasiswa Teologi/calon hamba Tuhan, diantaranya :
Ø  Kalau masuk kamar teman harus sopan, ketok pintu terlebih dahulu.
Ø  Sedapat mungkin jangan sampai berutang.
Ø  Menghormati orang yang lebih tua.
Ø  Bersabar walaupun dikritik.
Ø  Hati-hati berbicara tentang uang dan fasilitas.
Ø  Kalau makan jangan rakus.
Ø  Dan ;lain-lain.

Ada banyak ajaran yang disarankan untuk kami lakukan, agar hidup kami  sepadan dengan panggilan (status) sebagai calon hamba Tuhan.

Menjadi hamba Tuhan adalah panggilan, karena itu ia harus hidup sepadan dengan panggilannya sebagai hamba Tuhan. Menjadi pengikut Kristus juga sebagai panggilan, bukan warisan nenek moyang. Karena itu kita harus hidup sepadan dengan panggilan kita sebagai pengikut Kristus.

Kalau kita perhatikan apa yang tertulis dalam I Petrus 2:9-10, panggilan seperti itu dijelaskan demikian : “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib : kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu kamu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.”

Dari kedua ayat tersebut, panggilan kita digambarkan sebagai berikut :

  1. Dahulu kita bukan umat Allah, tetapi sekarang kita dipanggil menjadi umat Allah.
  2. Dahulu kita termasuk orang-orang yang tidak dikasihani, tetapi sekarang kita dipanggil menjadi orang-orang yang beroleh belas kasihan.
  3. Kehidupan yang dahulu tersebut digambarkan sebagai kehidupan dalam kegelapan dosa, tetapi setelah Allah memanggil kita keluar dari sana, maka sekarang kita menjadi orang-orang yang hidup dalam terang Kristus.
Saudara, karena kita dipanggil menjadi anak-anak terang, menjadi umat Allah dan menjadi orang-orang yang sudah beroleh belas kasihan, maka rasul Paulus mengajak kita, supaya hidup kita berpadanan dengan panggilan itu (Rm 4:1).

Lalu hidup seperti apa itu?
Pada ayat berikutnya (Rm 4:2) Paulus menjelaskan Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Berdasarkan ayat ini, ada 4 macam sikap hidup yang sepadan dengan panggilan tersebut, sebagai berikut :

  1. Rendah hati.
  2. Lemah lembut.
  3. Sabar dan
  4. Kasih yang aktif dan berinisiatif.
Sikap-sikap ini adalah susah-susah gampang. Mengapa? Karena keempat macam sikap tersebut, sangat mudah dimengerti dan dipahami, tetapi sangat sukar untuk dilakukan. Kita semua tahu dan mengerti apa itu rendah hati, tahu juga bagaimana bersikap lembut, juga mengerti apa arti kesabaran dan kasih, tapi untuk bisa memiliki sikap-sikap itu secara sempurna, sangatlah susah.

Namun, hari ini firman tuhan menuntut agar sikap-sikap seperti itu harus kita miliki dan selalu menjadi pola hidup kita kapan dan dimana saja. Caranya mulai dari hal yang sederhana, misalnya :

Pertama, Bersikap rendah hati. Ketika mungkin kita menjabat posisi yang lebih tinggi dalam bidang kita, kita tetap rendah hati dan menyadari bahwa itu semua hanya anugerah Tuhan. Karena itu kita tidak boleh menyombongkan diri dan merasa diri lebih baik, lebih hebat dan lebih penting dari orang lain.

Kedua, Bersikap lemah lembut. Lebih baik kita dikenal sebagai seorang yang berhati lembut dari pada terkenal sebagai orang yang angkuh dan kasar.

Ketiga, Bersikap sabar. Ketika kita menghadapi banyak tantangan, dan mungkin ada orang yang bertindak tidak adil terhadap diri kita, kita tetap sabar. Ingat bahwa “orang sabar kasihan Allah.”

Keempat, Hal yang terakhir yang diminta kepada kita adalah supaya setiap kita, menunjukkan KASIH dalam hal saling membantu. Mempraktekkan kasih dalam hal saling membantu sangat penting dan wajib dilakukan. Mengapa? Karena setiap tindakan kasih kita, akan dapat menyatakan kasih Kristus kepada dunia yang haus akan kasih itu. Kasih itu harus ditunjukkan secara aktif dan berinisiatif. Artinya, apakah orang lain bersikap baik atau tidak kepada kita, apakah orang itu kawan atau lawan, tidak perlu dipersoalkan. Yang penting, kita harus dengan aktif bertindak dan mengambil inisiatif memulai menunjukkan kasih kepada mereka. Kasih memang membutuhkan pengorbanan, dan semakin banyak pengorbanan maka kasih itu akan bernilai sangat kuat.

Kristus sendiri menunjukkan kasih-Nya kepada kita secara aktif, dan Ia sendiri yang berinisiatif untuk datang kedunia menyelamatkan hidup kita. Kasih-Nyapun penuh dengan pengoranan, dimana Ia memberikan diri-Nya sendiri untuk mati di kayu salib, menebus kita dari hukuman dosa. Oleh karena itu, jika Dia yang telah memanggil kita menjadi umat-Nya, melakukan kasih yang penuh pengorbanan untuk kita dan dunia ini, maka kitapun wajib melakukan kasih seperti demikian kepada sesama.

Ada ungkapan seorang ibu suci dari gereja Katolik bernama Ibu Theresa mengatakan : “Wabah terbesar zaman ini bukanlah kelaparan makanan tetapi kelaparan akan kasih sayang.” Memang, … banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita, dan kasih kita. Karena itu mari kita menunjukkan kasih itu dengan hidup saling membantu dan memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan.

Kesimpulan

Oleh karena itu Saudara, mari kita menjadikan hidup kita sepadan dengan panggilan kita. Milikilah kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran dalam menjalani segala sesuatu. Dan aktiflah mengasihi sesama, walaupun harus dijalani dengan penuh pengorbanan. Biarlah kita menjadi orang-orang yang berkenan di hadapan Tuhan, dengan kesepadanan hidup yang kita tunjukkan kepada sesama dan dunia sekitar kita. Amin.

Rabu, 08 Juni 2016

Renungan : JAWABAN ATAS TAKUT

Jawaban Atas Takut
Keluaran 15:19-21
I. Nats

Ketika kuda Firaun dengan keretanya dan orangnya yang berkuda telah masuk kelaut, maka TUHAN membuat air laut berbalik meliputi mereka, tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut. 
Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. 
Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka : "Menyanyilah bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut."

II. Perenungan

Bagaimana perasaan kita jika dikejar anjing gila? Tentu akan panik dan ketakutan. Lalu apa jadinya jika ternyata kita malah masuk ke jalan yang buntu? Apa yang akan kita lakukan. Mungkin kita akan teriak sekuat tenaga minta pertolongan. Ketakutan akan semakin besar dirasakan saat keadaan kita semakin terpojok.

Bangsa Israel juga mengalami ketakutan yang kurang-lebih sama saat mereka terpojok. Dalam perjalanan keluar dari Mesir ternyata mereka dikejar oleh Firaun beserta pasukannya yang siap membunuh. Ketakutan mereka semakin memuncak ketika sadar bahwa di hadapan mereka adalah jalan buntu, yaitu laut Taberau. Ada yang marah kepada Musa karena keadaan tersebut, lalu kemudian TUHAN membuka jalan bagi mereka dengan cara yang ajaib. Diluar bayangan mereka, TUHAN membelah laut itu. Mereka dapat melewati bagian laut yang kering, sedangkan Firaun dan pasukannya ditenggelamkan di dalamnya. Peristiwa inilah yang kemudian membuat orang Israel bersyukur kepada Tuhan. Mereka menyanyi dan menari bagi Tuhan atas kebesaran-Nya. Tuhan telah menjawab ketakutan mereka.

Perasaan takut terjadi karena kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi dan di dalamnya banyak orang yang kurang percaya mengambil jalan tidak bijak. Di tengah pergumulan, seringkali kita meragukan Tuhan, lalu mempersempit kuasa-Nya.
Percayalah Tuhan, kita tidak akan dapat dibatasi oleh apapun. Ia berkuasa di atas segalanya, termasuk pergumulan dan ketakutan kita. Berserah adalah tindakan yang paling benar dalam menghadapi pergumulan sambil tetap melaksanakan segala tugas panggilan dan pengutusan dengan baik. Renungkanlah, bahwa segala pergumulan kita tidak lebih besar dari pada kasih dan kuasa Tuhan. Percayalah kepada-Nya dan bersyukurlah melalui sikap hidup yang benar di hadapan-Nya.

Batam, 8 Juni 2016
Pdt. Sudiaro Laiya
SBU Juni 2016 L.S/lph.