Rabu, 27 Juli 2016

BAHAN KHOTBAH HUT BNKP KE 142/2007 DI JEMAAT BNKP TABING-PADANG, dipersiapkan Pdt. Sudiaro Laiya. Tema : "PANGGILAN UNTUK BERTOBAT" (Mat. 4:17B)


KKR HUT di Jemaat BNKP Tabing (hari I)
Senin, 17 September 2007


Sub Tema (I)
Allah Menuntun Kita Kepada Pertobatan
Roma 2 : 1-11

          1 Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
          2 Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. 3 Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah? 4 Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?
          5 Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. 6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, 7 yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemualiaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, 8 tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. 9 Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, 10 tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. 11 Sebab Allah tidak memandang bulu.


Renungan

          Dalam bagian sebelum khotbah ini, tepatnya Roma 1:18-32, sudah diberikan suatu gambaran yang sangat suram dan mengerikan, bahwa orang-orang kafir berada di bawah hukuman Allah. Orang-orang Yahudi setuju dan percaya akan hal itu. Tetapi, orang-orang Yahudi tidak sadar bahwa mereka juga adalah orang-orang berdosa, yang juga barada di bawah hukuman Allah. Mereka berpendapat, bahwa mereka menempati kedudukan yang istimewa. Karena itu mereka berpikir bahwa Allah adalah hakim bagi orang-orang kafir saja, dan bagi mereka Allah adalah sebagai pelindung yang istimewa. Orang-orang Yahudi ini sangat yakin bahwa setiap orang sudah ditentukan untuk diadili, kecuali mereka sendiri.
          Melalui nats khotbah ini, Paulus menunjukkan dengan tegas kepada orang-orang Yahudi, bahwa mereka juga orang-orang berdosa, sama seperti orang-orang kafir bukan Yahudi, dan merekapun juga berada di bawah penghakiman Allah. Jika mereka menghakimi orang lain, berarti mereka menghakimi diri mereka sendiri, karena mereka sendiri berbuat kejahatan seperti yang diperbuat orang-orang bukan Yahudi (baca ayat 3).
          Kita sebagai orang Kristen, tidak boleh berpikiran sempit seperti itu. Kita tidak boleh menghakimi orang lain, bahwa karena mereka belum percaya dan menerima Yesus, maka mereka mendapat hukuman Allah, dan kita bebas.
          Sehubungan dengan itu, berdasarkan khotbah ini ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, sebagai berikut :
          (1) Janganlah kita  mengabaikan   kemurahan Allah. Di ayat 4, ada tiga kata yang dipergunakan di sini : “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya?”  Kemurahan” Allah sering diartikan sebagai “kebaikan hati” Allah terhadap orang berdosa. Misalnya, ketika Yesus memperlihatkan sikap yang lemah-lembut dan kasih kepada seorang perempuan berdosa yang meminyaki kaki-Nya dan wanita yang kedapatan melakukan zinah (Lukas 7:36-50 dan Yohane 8:1-11). Kebaikan hati Allah seperti itu tidak boleh disalahgunakan untuk terus berbuat dosa. “Kesabaran”-Nya, kata yang dipakai dalam bhs. Yunani “anokhe” artinya “gencatan senjata”, sifatnya sementara. Jadi kesabaran Allah, merupakan aba-aba penundaan hukuman yang sefatnya sementara. Karena itu kesabaran Allah untuk menunda hukuman terhadap orang berdosa tidak boleh diabaikan. “Kelapangan hati”-Nya, artinya Allah punya kuasa untuk membalas kejahatan manusia, namun kuasa-Nya itu tidak dengan segera dipergunakan-Nya, tetapi Ia masih lapang dada, Ia masih sabar. Kelapangan hati dan kesabaran Allah, keduanya menyatakan kemurahan-Nya. Jadi kemurahan Allah janganlah dijadikan sebagai “kartu jaminan bebas dosa”, tetapi hal itu memberi kita kesempatan untuk bertobat dan merobah jalan hidup kita yang jahat. Sebab kita tidak dapat terus-menerus berbuat dosa tanpa hukuman Allah.

          (2) Kemurahan Allah menuntun  kita supaya bertobat. Sangatlah fatal akibatnya jika orang menggunakan kemurahan Allah sebagai alasan untuk terus berbuat dosa, seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi. Yang benar ialah, bahwa kemurahan Allah itu harus kita pergunakan untuk lebih mendorong kita ke arah pertobatan (baca ayat 4). Karena kemurahan-Nya, Allah mau mengampuni orang yang bertobat. Namun pengampunan Allah tidak boleh pula diabaikan. Ada orang yang sudah diampuni, ia mengulangi berbuat dosa yang sama, karena ia berharap akan diberi pengampunan sekali lagi baca Matius 18:23-35). Orang yang sudah diampuni dosanya, ia harus berubah dan bersykur atas pengampunan yang diterimanya, menggunakan seluruh hidupnya, berusaha menjadi orang yang layak menerima pengampunan itu. Jadi, marilah kita menggunakan kesempatan semasih ada kemurahan, kesabaran dan kelapangan hati Allah, untuk menuntun kita kepada pertobatan. Orang yang sungguh-sungguh bertobat pasti diampuni Allah (baca 1Yohanes 1:9).

          (3) Ingat, Allah menghakimi semua manusia tanpa memandang bulu. Firman Tuhan ini menegaskan kepada kita, bahwa tidak ada bangsa, golongan agama atau seseorang yang mendapat perlakuan istimewa dari Allah, atau dengan memberi kedudukan khusus dan menjadi kesayangan di mata Allah. Yang jelas melalui firman Tuhan ini, bahwa setiap orang yang tidak mau bertobat, menimbun murka Allah atas dirinya pada waktu penghakiman nanti. Tetapi orang yang sudah bertobat dan berbuat baik sebagai hasil imannya, maka akan mendapat kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera, baik orang Yahudi maupun orang Yunani (baca ayat 5-11). Yang benar dan pasti ialah “Allah akan membalas kepada setiap orang menurut perbuatannya tanpa memandang mula (ay 6, 11 dan baca 2Kor 5:10, Kisah 10:34-35).
          Jadi, pergunakanlah kemurahan Allah, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya untuk menuntun saudara kepada pertobatan. Amin!












KKR HUT di Jemaat BNKP Tabing (hari ke II)
Selasa, 18 September 2007

Sub Tema (II)
Bertobatlah Sebelum Allah Menjatuhkan Hukuman
Kejadian 19 : 24-29 (baca 12-29)

          24 Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; 25 dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah. 26 Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.
          27 Ketika Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan TUHAN itu, 28 dan memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lembah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membumbung ke atas sebagai asap dari dapur peleburan.
          29 Demikianlah pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan dan menunggungbalikkan kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu.


Renungan

          Kejahatan kota Sodom dan Gomora, jarang sekali dijumpai di kota-kota seluruh dunia. Orang dewasa, pemuda-pemudi dan anak-anak yang berdiam di kedua kota tersebut, kejahatannya sangat luar biasa. Segala bentuk dosa dan kejahatan ada di sana. Semua perbuatan dan tindakan kejahatan, mereka lakukan dengan penuh kesadaran, sengaja dan telah menjadi darah daging mereka. Allah melihat dan mengetahui semua itu, bahwa sesungguhnya “sangat berat dosanya” (Kej 18:20).
          Allah menyatakan rencana-Nya kepada Abraham, bahwa Ia akan menghancurkan dan melenyapkan kedua kota itu dari muka bumi. Karena itu, Abraham berdoa syafaat buat kota Sodom dan Gomora kepada Allah. Abraham tawar menawar dengan Allah, agar jangan membinasakan kota itu jika terdapat 50, 45, 40, 30, 20 atau 10 orang saja yang benar di kedua kota itu. Dan Allah berjanji, kalau terdapat 10 orang benar di sana, Ia tidak akan membinasakan kota itu. Tetapi setelah Allah menyelidikinya, ternyata tidak terdapat 10 orang benar di sana (Kej 18:22-33).
          Akhirnya Allah terpaksan mengambil keputusan untuk memusnahkan kota Sodom dan Gomora. Namun, di tengah-tengah ancaman itu, Allah berkenan untuk menyelamatkan barang siapa yang sudi memperhatikan dan ingin mengikuti jalan keselamatan yang ditawarkan-Nya. Karena itu malaekat Allah mendesak Lot, isterinya, kedua anaknya perempuan dan kedua calon menantunya supaya segera keluar dari kota itu untuk menyelamatkan diri dan tidak boleh menoleh ke belakang. Tetapi tidak semua mereka menerima tawaran itu, kedua calon menantu Lot tidak percaya dan menolak keluar dari kota itu (Kej 19 :12-23). Isteri Lot pun sempat keluar bersama rombongan yang diselamatkan, tetapi karena masih terikat dengan harta yang ditinggalkan di kota itu dan tidak mengikuti jalan keselamatan yang ditawarkan Allah, ia menoleh ke belakang, akhirnya ia menjadi binasa, menjadi tiang garam (baca ay 26).
          Saatnya tiba untuk menjatuhkan hukuman (Kej 19:24-29). Tuhan menurunkan hujan belerang dan api dari langit atas kota Sodom dan Gomora. Di sini ditegaskan bahwa asal api itu bukan dari kompor gas, bukan karena ledakan tanki atau kebocoran pipa gas atau sabotase dari luar, tetapi “perbuatan tangan Allah sendiri”. Allah menghancurkan semuanya. Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan habis dimusnahkan, tidak ada yang tersisa. Pada pagi harinya setelah bencana, dari kejauhan Abraham menyaksikan dan melihat asap tebal dan nyala api yang tingginya membumbung sampai ke langit.
          Melalui peristiwa Sodom dan Gomora ini, menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada zaman sekarang. supaya menggunakan kesempatan yang masih ada untuk : “Segera bertobat, sebelum Allah menjatuhkan hukuman-Nya.”  Sehubungan dengan itu mari kita memperhatikan empat hal berikut ini.

          (1) Kesabaran Allah ada batasnya. Allah memang Allah Yang Maha Kasih, Allah Yang Maha Sabar, namun ada batas kesabaran-Nya. Tetapi banyak orang menyalahgunakan kesabaran Allah itu untuk terus berbuat dosa dan kejahatan. Tetapi ketika manusia terus mengeraskan hatinya, tidak ada rasa penyesalan terhadap segala kesalahan yang diperbuatnya, maka Allah melaksanakan hukuman. Dan ketika Allah melaksanakan hukuman itu, tidak ada seorangpun yang dapat menghalanginya dan tidak seorangpun yang dapat mengelakkan diri dari hukuman itu, seperti yang terjadi di kota Sodom dan Gomora.

          (2) Gunakan kesempatan yang ada untuk bertobat. Allah memberi kesempatan kepada Lot sekeluarga untuk menyelamatkan diri dari bencana yang segera dilaksanakan (baca Kej 19:12-23, 26, 29). Tawaran keselamatan dari Allah, tidak semua mereka menerimanya. Kedua calon menantu Lot tidak percaya ancaman hukuman dan tawaran keselaamatan itu. Keduanya menolak dan tidak mau beranjak keluar meninggalkan kota itu (ay 14).
          Inilah gambaran orang yang keras hati. Orang yang tidak mau menerima dan percaya kepada firman Allah, ingin terus hidup di dalam dosa. Kalau kita mengeraskan hati dan tidak mau menggunakan kesempatan untuk bertobat, akibatnya yang kita temui kebinasaan.

          (3) Ikutilah jalan keselamatan yang ditawarkan Allah. Isterinya Lot, sempat keluar mengikuti rombongan yang diselamatkan, namun ia tidak selamat, ia menjadi tiang garam. Hal ini disebabkan karena tidak mau mengikuti jalan keselamatan yang ditawarkan Allah. Hatinya masih terikat kepada milik kekayaan duniawi, yang terpaksa ditinggalkan begitu saja, akhirnya ia binasa.
          Jalan keselamatan yang ditawarkan Allah kepada kita ialah “percaya kepada Yesus” dan “mengikutinya” dengan setia (baca Yoh 14:6). Biarlah hati kita lebih terikat kepada Yesus daripada kepada segala harta dunia ini. Ikutilah jalan keselamatan yang ditawarkan Allah sebelum Ia menjatuhkan hukuman.

          (4) Allah menyelamatkan karena Ia mau mengasihi kita. Sebenarnya Lot tidak pantas selamat. Memang Lot percaya kepada firman Allah, namun ia tidak sanggup mengambil keputusan dan tindakan keluar dari kota itu. Terlalu sulit baginya untuk meninggalkan segalanya. Namun dalam ketidakmampuannya, Allah bertindak untuk membimbingnya keluar, karena Ia mengasihi Lot (baca ay 15).
          Jika kita percaya, dan ada kemauan untuk melakukan, namun terbatas kemampuan kita, maka dalam hal ini Allah mau menolong. Allah mengasihi  Saudara. Amin!












KKR HUT di Jemaat BNKP Tabing hari ke III)
Rabu, 19 September 2007


Sub Tema (III)
Tuhan Memberikan Kesempatan Untuk Bertobat
2Timotius 2 : 19-26

          19 Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah : “Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya” dan “Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.”
          20 Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. 21 Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
          22 Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. 23 Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran, 24 sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar, 25 dan dengan lemah-lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, 26 dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.


Renungan

          Perbuatan dan perkataan kitalah yang sering menyakiti hati Tuhan, hati Bapa Yang Mahakasih dan Sahabat yang baik. Kita tidak melakukan kemauan-Nya. Kita saling menyakiti dan saling memusuhi sesama. Bahkan kita tidak segan-segan memusuhi Allah (bandingkan ay 14-18). Sehubungan dengan itu, melalui firman Tuhan ini, Allah meminta dua hal daripada kita sebagai berikut :

          (1) Jangan sia-siakan kesempatan yang diberikan Allah. Betapapun besar kesalahan dan dosa, Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya. Dan setiap orang yang menyebut nama Tuhan diminta supaya meninggalkan kejahatan. Dia memberi kesempatan kepada kita, agar kita meninggalkan dosa dan kejahatan, lalu menerima bahagian dalam hidup kekal yang dijanjikan-Nya kepada kita melalui Yesus Kristus (baca ay 19, 25b).
           Sungguh benar apa yang disampaikan oleh Paulus. Allah “memberi kesempatan” kepada kita untuk memperoleh kasih karunia-Nya. Di tempat lain Paulus menulis : “Tidakkah engkau tahu bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” (Roma 2:4). Allah tidak menghendaki kita binasa. Lebih jelas lagi : Allah tak menghendaki kita mengalami kegagalan dalam hidup kita. Ia ingin kita berhasil. Dan, keberhasilan itu hanya tercapai, bila kita tetap memelihara dan membina persekutuan dengan Allah berdasarkan pekerjaan Yesus Kristus (baca ay 20-21).

          (2) Pelihara persekutuan dengan Allah dan persekutuan dengan jemaat yang telah dibangun-Nya di dalam Yesus Kristus. TUHAN : Bapa dan Sahabat kita, sedang menantikan kita kembali melalui jalan pertobatan. Kita harus mendahulukan keinginan-Nya, yakni : Kita harus memelihara persekutuan dengan Dia. Kita harus saling mengasihi sebagai saudara seiman. Kita harus saling berdamai dan berbagi kesejahteraan dengan semua orang (baca Galatia 6:10).
          Sebagai anak dan sahabat dari Tuhan, kita wajib melakukan semua yang diinginkan-Nya. Bawalah damai sejahtera Tuhan ke dalam persekutuan jemaat, maka kita diberkati-Nya. Hindari diri dari segala hal yang menimbulkan pertengkaran dan yang merusak persekutuan jemaat sebagai tubuh Kristus. Damai sejahtera dapat tercapai jika kita memelihara persekutuan dengan Allah dan sesama (baca ay 20-25a). Amin!















KKR HUT di Jemaat BNKP Tabing (hari ke IV)
Jumat, 21 September 2007


Sub Tema (IV)
Akui Kesalahan dan Mohon Pengampunan
Hosea 14 : 2 - 4

          2 Bertobatlah, hai Israel, kepada TUHAN, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu. 3 Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada TUHAN! Katakanlah kepada-Nya : “Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.
          4 Asyur tidak dapat menyelamatkan kami; kami tidak mau mengendarai kuda, dan kami tidak akan berkata lagi : Ya, Allah kami! kepada buatan tangan kami. Karena Engkau menyayamgi anak yatim.”

Renungan

          Mengakui kesalahan memerlukan kemauan dan keberanian, sebab di dalamnya terkandung pengakuan adanya kegagalan untuk memberi yang terbaik kepada Allah dan sesama. Harus berani dan siap mengakui kegagalan itu. Untuk itu lakukanlah dua hal di bawah ini.

          (1) Jujurlah mengakui dosa di hadapan Allah dengan penuh penyesalan. Ketika kita menyakiti hati sesama, kita tidak boleh berkata : “Ini urusan saya dengan Tuhan”. Kalau demikian, berarti memanipulasi kesalahan dan mengingkari diri dalam hal berbuat dosa. Yesus dalam pengajaran-Nya tentang doa, mendorong tiap orang untuk berani mengakui dosa dan kesalahannya (Mt 6 : 12). Pauluspun berani mengakui, bahwa ia paling berdosa (1Tim 1:15).
Juga Yohanes menyatakan, bahwa kita menipu diri kita sendiri jika berkata kita tidak berdosa (1Yoh 1:8).
          Dalam pengertian yang demikian, mengakui kesalahan dan dosa, memperlihatkan sikap orang percaya yang berbobot. Tetapi inilah kesulitan terbesar kita. Kita enggan mengakui kesalahan dan dosa kita, tetapi menghendaki pengampunan dari Tuhan.
          Firman Tuhan hari ini, menggemakan ajakan Tuhan agar kita mau berbalik dari kesalahan dan dosa. Inilah yang disebut dengan bertobat, yakni mengambil jalan yang mengarah kepada Yesus. Dengan berbalik, nampak suatu persembahan hati yang hancur (baca Maz 51:19, Hos 14:3d). Dengan jalan demikian kasih karunia Allah berlaku. Orang meninggalkan Tuhan, karena mereka berpikir dapat mengandalkan manusia (baca ay 4).
          Yesus memberi jaminan kepada setiap orang percaya, bahwa ia akan mendapat kekuatan melalui kehadiran Roh Penghibur, sehingga mereka yang sudah mengalami pengampunan harus menjadi saksi Kristus tentang kasih-Nya yang besar (1Ptr 2:9).

          (2) Mengaku kesalahan kepada Tuhan harus diawali dari orang yang terdekat dengan kita. Hari ini jangan tunda untuk mengakui kesalahan kepada Tuhan. Kita awali dari keluarga kita. Kita akui kesalahan dan minta maaf kepada pasangan kita ketika mengecewakannya. Jangan gengsi untuk mengakui kesalahan dan minta maaf kepada suami atau istri atau anak-anak atau orangtua. Bagaimana kita bisa mengampuni orang lain sementara suami atau istri yang mendampingi, kita abaikan? Hari ini firman Tuhan menolong kita untuk memakai kesempatan yang indah bersama Tuhan untuk saling mengaku kesalahan dan saling 0mengampuni. Amin!











KKR HUT di Jemaat BNKP Tabing (hari ke V)
Minggu, 23 September 2007


Sub Tema (V)
Jangan Terlambat, Siap Sedialah
Matius 25 : 1-13

          1 “Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. 2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. 3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, 4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. 5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.
          6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru : Mempelai datang! Songsonglah dia! 7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lala mempersiapkan pelita mereka. 8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana : Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. 9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu : Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk mamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. 10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.
          11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata : Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! 12 Tetapi ia menjawab : Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. 13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”


Renungan

          Nats khotbah ini adalah perumpamaan Tuhan Yesus tentang : Sepuluh orang gadis yang membawa pelita menyongsong mempelai laki-laki. Lima orang gadis yang disebut bijaksana dan lima orang gadis yang disebut bodoh. Mengapa yang lima orang itu disebut bodoh? Mereka sama-sama pergi, sama-sama membawa pelita, bahkan sama-sama sempat tertidur menunggu mempelai laki-laki itu. Apa kekurangan gadis-gadis yang lima orang itu? Kekurangannya hanya sedikit, gadis-gadis yang bodoh tidak mempersiapkan minyak yang cukup dalam pelita mereka. Lima gadis lainnya sudah menyediakan segala sesuatunya dengan cukup dan tepat, sehingga kapan saja mempelai itu tiba mereka sudah siap.
          Apa usaha yang dilakukan oleh gadis-gadis yang bodoh ini? Mempelai laki-laki sudah tiba, gadis-gadis bodoh ini baru berusaha mencari minyak dimana-mana, meminta, dan membeli di tempat penjualan minyak. Semuanya sudah terlambat. Sementara mereka mempersiapkan segala perlengkapannya, gadis-gadis bijaksana berangkat bersama-sama mengiringi mempelai ke tempat pesta dan bersukacita. Gadis-gadis bodoh ketinggalan, mereka terlambat sampai di tempat mempelai, mereka tidak dapat masuk karena pintu sudah ditutup.
          Tuhan Yesus, melalui perumpamaan ini ingin memberitahukan kepada kita satu hal penting dalam kerajaan Allah, yaitu supaya kita jangan sampai terlambat. Orang yang sudah mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, merekalah yang dapat menyambut, mengiringi dan bersama dengan Tuhan Yesus (mempelai laki-laki) ke tempat sukacita di dalam kerajaan sorga. Orang yang belum siap sebelum kedatangan Yesus, mereka terlambat, akhirnya  tidak dapat masuk ke tempat sukacita, karena pintu kerajaan sorga sudah terkunci bagi mereka.
          Sehubungan dengan itu, marilah kita memperhatikan dengan sungguh-sungguh tiga hal di bawah ini.
          (1) Saat kedatangan Tuhan Yesus kedua kali, tidak ada yang mengetahuinya. Dalam Mat 24:43, Yesus memperingati : “Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” Ada dua hal tentang kedatangan Yesus. Pertama, kedatangan-Nya untuk menjemput kita, saat kita meninggalkan dunia ini. Kedua, kedatangan Yesus kedua kali untuk menghakimi, pada akhir zaman (baca 2Kor 5:10). Kedua peristiwa itu tidak ada yang mengetahui saat dan waktunya. Karena itu kita harus sungguh-sungguh mempersiapkan diri sebelum Yesus datang.

          (2) Kita harus menjadi orang bijaksana. Menjadi orang yang bijaksana adalah seperti gadis-gadis yang bijaksana. Yesus mengingatkan kita semua : “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (baca Mat 24:42 dan Mat 25:13).
          Orang bijaksana, mempersiapkan diri dalam iman. Iman yang disertai dengan perbuatan (Yak 2:17, 26). Iman yang tidak disertai perbuatan tidak lengkap, sama seperti pelita yang tidak dilengkapi dengan minyak; tidak dapat menyala dan tidak bisa bercahaya.
          Persiapan lain yang harus dilakukan orang bijaksana ialah, bertobat. Dosa dan segala sesuatu yang tidak berkenan kepada Tuhan segera ditinggalkan, dibuang jauh-jauh. Ketika Yesus mulai mengajar, pertama sekali Ia memanggil orang untuk bertobat, kata-Nya : “Bertobatlah, karena kerajaan sorga sudah dekat!” (Mat 4:17b). Segala persiapan itu harus dilakukan “sebelum” tiba hari kedatangan Tuhan. Itulah perbuatan bijaksana, seperti yang dilakukan lima gadis yang bijaksana dalam perumpamaan ini.

          (3) Jangan sampai terlambat, supaya jangan ketinggalan. Kalau kita terlambat maka segala usaha menjadi sia-sia. Terlambat dalam mempersiapkan segala sesuatu akibatnya bisa fatal. Terlambat menerima anugerah Tuhan, mengakibatkan kita rugi. Terlambat masuk sorga, terpaksa masuk neraka. Dalam kerajaan Allah tidak ada istilah “terlambat”, karena jika terlambat upahnya hanya satu, yaitu : “pintu telah tertutup.” Sama artinya dengan Tuhan tidak mengenal orang yang terlambat itu. Tidak ada lagi yang akan membukakan pintu baginya.
          Bagaimana caranya supaya kita jangan terlambat masuk ke dalam Kerajaan Allah? Yang perlu kita perhatikan ialah agar setiap saat, kita siap sedia. Oleh sebab itu, jangan ada yang berpikir bahwa persiapan itu dapat dilakukan pada saat-saat terakhir. Orang yang masih muda jangan menunggu sampai masa tua baru mempersiapkan diri. Kedatangan Tuhan Yesus tidak ada yang mengetahuinya. Yesus sendiripun tidak mengetahuinya. Jangan tunggu sampai tua untuk berdamai dengan sesama. Siapa tahu ketika Tuhan datang, kebetulan musuh kita itu sedang berpergian ke tempat yang jauh, sehingga tidak ada kesempatan untuk berdamai. Jangan tunggu sampai pensiun baru mempersiapkan segala sesuatu yang perlu untuk menyongsong Tuhan. Siapa tahu kedatangan Tuhan justru sebelum memasuki masa pensiun. Jika itu terjadi, berarti kita terlambat.
          Menantikan Tuhan harus dilakukan setiap saat, mulai hari ini juga. Firman Tuhan berkata : “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu” (Ibr 3:15).
          Untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga, masa hidup inilah masa persiapan. Termasuk masa pertobatan, masa beriman, masa mengikut Tuhan, masa menjalankan kehendak-Nya. Bukan sesudah kedatangan Tuhan kembali pada hari yang terakhir. Bukan pula sesudah hari kematian kita. Karena kita sama sekali tidak tahu kapan kedatangan mempelai (Tuhan Yesus) itu. Berbahagialah orang-orang yang tidak terlambat menyongsong Tuhan, karena pintu sukacita terbuka baginya. Amin!




Diposkan dari Batam
Kamis, 28 Juli 2016
oleh Pdt. Sudiaro Laiya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar