KKR HUT di Jemaat BNKP Tabing (hari I)
Senin, 17 September 2007
Sub Tema (I)
Allah
Menuntun Kita Kepada Pertobatan
Roma 2 : 1-11
1 Karena itu, hai manusia, siapapun
juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah.
Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena
engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
2 Tetapi kita tahu, bahwa hukuman
Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. 3 Dan engkau,
hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan
engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput
dari hukuman Allah? 4 Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya,
kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud
kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?
5 Tetapi oleh kekerasan hatimu yang
tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu
mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. 6 Ia akan membalas
setiap orang menurut perbuatannya, 7 yaitu hidup kekal kepada mereka yang
dengan tekun berbuat baik, mencari kemualiaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,
8 tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang
tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. 9 Penderitaan dan
kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama
orang Yahudi dan juga orang Yunani, 10 tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai
sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang
Yahudi, dan juga orang Yunani. 11 Sebab Allah tidak memandang bulu.
Renungan
Dalam bagian sebelum
khotbah ini, tepatnya Roma 1:18-32, sudah diberikan suatu gambaran yang sangat
suram dan mengerikan, bahwa orang-orang kafir berada di bawah hukuman Allah.
Orang-orang Yahudi setuju dan percaya akan hal itu. Tetapi, orang-orang Yahudi
tidak sadar bahwa mereka juga adalah orang-orang berdosa, yang juga barada di
bawah hukuman Allah. Mereka berpendapat, bahwa mereka menempati kedudukan yang
istimewa. Karena itu mereka berpikir bahwa Allah adalah hakim bagi orang-orang
kafir saja, dan bagi mereka Allah adalah sebagai pelindung yang istimewa.
Orang-orang Yahudi ini sangat yakin bahwa setiap orang sudah ditentukan untuk
diadili, kecuali mereka sendiri.
Melalui nats khotbah
ini, Paulus menunjukkan dengan tegas kepada orang-orang Yahudi, bahwa mereka
juga orang-orang berdosa, sama seperti orang-orang kafir bukan Yahudi, dan
merekapun juga berada di bawah penghakiman Allah. Jika mereka menghakimi orang
lain, berarti mereka menghakimi diri mereka sendiri, karena mereka sendiri
berbuat kejahatan seperti yang diperbuat orang-orang bukan Yahudi (baca ayat
3).
Kita sebagai orang
Kristen, tidak boleh berpikiran sempit seperti itu. Kita tidak boleh menghakimi
orang lain, bahwa karena mereka belum percaya dan menerima Yesus, maka mereka
mendapat hukuman Allah, dan kita bebas.
Sehubungan dengan
itu, berdasarkan khotbah ini ada beberapa hal yang harus kita perhatikan,
sebagai berikut :
(1) Janganlah
kita mengabaikan kemurahan Allah. Di ayat 4, ada
tiga kata yang dipergunakan di sini : “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya,
kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya?” “Kemurahan” Allah sering diartikan
sebagai “kebaikan hati” Allah terhadap orang berdosa. Misalnya, ketika Yesus
memperlihatkan sikap yang lemah-lembut dan kasih kepada seorang perempuan
berdosa yang meminyaki kaki-Nya dan wanita yang kedapatan melakukan zinah
(Lukas 7:36-50 dan Yohane 8:1-11). Kebaikan hati Allah seperti itu tidak boleh
disalahgunakan untuk terus berbuat dosa. “Kesabaran”-Nya, kata yang
dipakai dalam bhs. Yunani “anokhe” artinya “gencatan senjata”, sifatnya
sementara. Jadi kesabaran Allah, merupakan aba-aba penundaan hukuman yang
sefatnya sementara. Karena itu kesabaran Allah untuk menunda hukuman terhadap
orang berdosa tidak boleh diabaikan. “Kelapangan hati”-Nya, artinya
Allah punya kuasa untuk membalas kejahatan manusia, namun kuasa-Nya itu tidak
dengan segera dipergunakan-Nya, tetapi Ia masih lapang dada, Ia masih sabar.
Kelapangan hati dan kesabaran Allah, keduanya menyatakan kemurahan-Nya. Jadi
kemurahan Allah janganlah dijadikan sebagai “kartu jaminan bebas dosa”, tetapi
hal itu memberi kita kesempatan untuk bertobat dan merobah jalan hidup kita
yang jahat. Sebab kita tidak dapat terus-menerus berbuat dosa tanpa hukuman
Allah.
(2) Kemurahan
Allah menuntun kita supaya bertobat.
Sangatlah fatal akibatnya jika orang menggunakan kemurahan Allah sebagai alasan
untuk terus berbuat dosa, seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi. Yang benar
ialah, bahwa kemurahan Allah itu harus kita pergunakan untuk lebih mendorong
kita ke arah pertobatan (baca ayat 4). Karena kemurahan-Nya, Allah mau
mengampuni orang yang bertobat. Namun pengampunan Allah tidak boleh pula
diabaikan. Ada orang yang sudah diampuni, ia mengulangi berbuat dosa yang sama,
karena ia berharap akan diberi pengampunan sekali lagi baca Matius 18:23-35).
Orang yang sudah diampuni dosanya, ia harus berubah dan bersykur atas
pengampunan yang diterimanya, menggunakan seluruh hidupnya, berusaha menjadi
orang yang layak menerima pengampunan itu. Jadi, marilah kita menggunakan
kesempatan semasih ada kemurahan, kesabaran dan kelapangan hati Allah, untuk
menuntun kita kepada pertobatan. Orang yang sungguh-sungguh bertobat pasti
diampuni Allah (baca 1Yohanes 1:9).
(3) Ingat,
Allah menghakimi semua manusia tanpa memandang bulu. Firman
Tuhan ini menegaskan kepada kita, bahwa tidak ada bangsa, golongan agama atau
seseorang yang mendapat perlakuan istimewa dari Allah, atau dengan memberi
kedudukan khusus dan menjadi kesayangan di mata Allah. Yang jelas melalui
firman Tuhan ini, bahwa setiap orang yang tidak mau bertobat, menimbun murka
Allah atas dirinya pada waktu penghakiman nanti. Tetapi orang yang sudah
bertobat dan berbuat baik sebagai hasil imannya, maka akan mendapat kemuliaan,
kehormatan dan damai sejahtera, baik orang Yahudi maupun orang Yunani (baca
ayat 5-11). Yang benar dan pasti ialah “Allah akan membalas kepada setiap orang
menurut perbuatannya tanpa memandang mula (ay 6, 11 dan baca 2Kor 5:10, Kisah
10:34-35).
Jadi, pergunakanlah
kemurahan Allah, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya untuk menuntun saudara
kepada pertobatan. Amin!
KKR HUT di Jemaat
BNKP Tabing (hari ke II)
Selasa, 18
September 2007
Sub Tema (II)
Bertobatlah Sebelum Allah Menjatuhkan Hukuman
Kejadian 19 : 24-29 (baca 12-29)
24 Kemudian
TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari
TUHAN, dari langit; 25 dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah
Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah. 26 Tetapi
isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang
garam.
27 Ketika
Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan TUHAN itu, 28 dan
memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lembah Yordan, maka
dilihatnyalah asap dari bumi membumbung ke atas sebagai asap dari dapur
peleburan.
29 Demikianlah
pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan dan menunggungbalikkan
kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu
dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu.
Renungan
Kejahatan kota Sodom
dan Gomora, jarang sekali dijumpai di kota-kota seluruh dunia. Orang dewasa,
pemuda-pemudi dan anak-anak yang berdiam di kedua kota tersebut, kejahatannya
sangat luar biasa. Segala bentuk dosa dan kejahatan ada di sana. Semua
perbuatan dan tindakan kejahatan, mereka lakukan dengan penuh kesadaran,
sengaja dan telah menjadi darah daging mereka. Allah melihat dan mengetahui
semua itu, bahwa sesungguhnya “sangat berat dosanya” (Kej 18:20).
Allah menyatakan
rencana-Nya kepada Abraham, bahwa Ia akan menghancurkan dan melenyapkan kedua
kota itu dari muka bumi. Karena itu, Abraham berdoa syafaat buat kota Sodom dan
Gomora kepada Allah. Abraham tawar menawar dengan Allah, agar jangan
membinasakan kota itu jika terdapat 50, 45, 40, 30, 20 atau 10 orang saja yang
benar di kedua kota itu. Dan Allah berjanji, kalau terdapat 10 orang benar di
sana, Ia tidak akan membinasakan kota itu. Tetapi setelah Allah menyelidikinya,
ternyata tidak terdapat 10 orang benar di sana (Kej 18:22-33).
Akhirnya Allah
terpaksan mengambil keputusan untuk memusnahkan kota Sodom dan Gomora. Namun,
di tengah-tengah ancaman itu, Allah berkenan untuk menyelamatkan barang siapa
yang sudi memperhatikan dan ingin mengikuti jalan keselamatan
yang ditawarkan-Nya. Karena itu malaekat Allah mendesak Lot, isterinya, kedua
anaknya perempuan dan kedua calon menantunya supaya segera keluar
dari kota itu untuk menyelamatkan diri dan tidak boleh menoleh ke
belakang. Tetapi tidak semua mereka menerima tawaran itu, kedua calon
menantu Lot tidak percaya dan menolak keluar dari kota itu (Kej 19 :12-23). Isteri
Lot pun sempat keluar bersama rombongan yang diselamatkan, tetapi karena masih
terikat dengan harta yang ditinggalkan di kota itu dan tidak mengikuti jalan
keselamatan yang ditawarkan Allah, ia menoleh ke belakang, akhirnya ia menjadi
binasa, menjadi tiang garam (baca ay 26).
Saatnya tiba untuk
menjatuhkan hukuman (Kej 19:24-29). Tuhan menurunkan hujan belerang dan api
dari langit atas kota Sodom dan Gomora. Di sini ditegaskan bahwa asal api itu
bukan dari kompor gas, bukan karena ledakan tanki atau kebocoran pipa gas atau
sabotase dari luar, tetapi “perbuatan tangan Allah sendiri”. Allah
menghancurkan semuanya. Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan habis dimusnahkan,
tidak ada yang tersisa. Pada pagi harinya setelah bencana, dari kejauhan Abraham
menyaksikan dan melihat asap tebal dan nyala api yang tingginya membumbung
sampai ke langit.
Melalui peristiwa
Sodom dan Gomora ini, menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada zaman
sekarang. supaya menggunakan kesempatan yang masih ada untuk : “Segera
bertobat, sebelum Allah menjatuhkan hukuman-Nya.” Sehubungan dengan itu mari kita memperhatikan
empat hal berikut ini.
(1) Kesabaran
Allah ada batasnya. Allah memang Allah Yang Maha Kasih, Allah Yang Maha
Sabar, namun ada batas kesabaran-Nya. Tetapi banyak orang menyalahgunakan
kesabaran Allah itu untuk terus berbuat dosa dan kejahatan. Tetapi ketika
manusia terus mengeraskan hatinya, tidak ada rasa penyesalan terhadap segala
kesalahan yang diperbuatnya, maka Allah melaksanakan hukuman. Dan ketika Allah
melaksanakan hukuman itu, tidak ada seorangpun yang dapat menghalanginya dan
tidak seorangpun yang dapat mengelakkan diri dari hukuman itu, seperti yang
terjadi di kota Sodom dan Gomora.
(2) Gunakan
kesempatan yang ada untuk bertobat. Allah memberi kesempatan kepada Lot
sekeluarga untuk menyelamatkan diri dari bencana yang segera dilaksanakan (baca
Kej 19:12-23, 26, 29). Tawaran keselamatan dari Allah, tidak semua mereka
menerimanya. Kedua calon menantu Lot tidak percaya ancaman hukuman dan tawaran
keselaamatan itu. Keduanya menolak dan tidak mau beranjak keluar meninggalkan
kota itu (ay 14).
Inilah gambaran
orang yang keras hati. Orang yang tidak mau menerima dan percaya kepada firman
Allah, ingin terus hidup di dalam dosa. Kalau kita mengeraskan hati dan tidak
mau menggunakan kesempatan untuk bertobat, akibatnya yang kita temui
kebinasaan.
(3) Ikutilah
jalan keselamatan yang ditawarkan Allah. Isterinya Lot, sempat keluar
mengikuti rombongan yang diselamatkan, namun ia tidak selamat, ia menjadi tiang
garam. Hal ini disebabkan karena tidak mau mengikuti jalan keselamatan yang
ditawarkan Allah. Hatinya masih terikat kepada milik kekayaan duniawi, yang
terpaksa ditinggalkan begitu saja, akhirnya ia binasa.
Jalan keselamatan yang ditawarkan Allah
kepada kita ialah “percaya kepada Yesus” dan “mengikutinya”
dengan setia (baca Yoh 14:6). Biarlah hati kita lebih terikat kepada Yesus
daripada kepada segala harta dunia ini. Ikutilah jalan keselamatan yang ditawarkan
Allah sebelum Ia menjatuhkan hukuman.
(4) Allah
menyelamatkan karena Ia mau mengasihi kita. Sebenarnya Lot tidak pantas
selamat. Memang Lot percaya kepada firman Allah, namun ia tidak sanggup
mengambil keputusan dan tindakan keluar dari kota itu. Terlalu sulit baginya
untuk meninggalkan segalanya. Namun dalam ketidakmampuannya, Allah bertindak
untuk membimbingnya keluar, karena Ia mengasihi Lot (baca ay 15).
Jika kita percaya,
dan ada kemauan untuk melakukan, namun terbatas kemampuan kita, maka dalam hal
ini Allah mau menolong. Allah mengasihi
Saudara. Amin!
KKR HUT di Jemaat
BNKP Tabing hari ke III)
Rabu, 19
September 2007
Sub Tema (III)
Tuhan Memberikan Kesempatan Untuk Bertobat
2Timotius 2 : 19-26
19 Tetapi dasar yang diletakkan Allah
itu teguh dan meterainya ialah : “Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya” dan “Setiap
orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.”
20 Dalam rumah yang besar bukan hanya
terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang
pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang
kurang mulia. 21 Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia
akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang
layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
22 Sebab itu jauhilah nafsu orang
muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka
yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. 23 Hindarilah soal-soal yang
dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu
menimbulkan pertengkaran, 24 sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh
bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar,
sabar, 25 dan dengan lemah-lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab
mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan
memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, 26 dan dengan demikian
mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat iblis yang telah
mengikat mereka pada kehendaknya.
Renungan
Perbuatan dan
perkataan kitalah yang sering menyakiti hati Tuhan, hati Bapa Yang Mahakasih
dan Sahabat yang baik. Kita tidak melakukan kemauan-Nya. Kita saling menyakiti
dan saling memusuhi sesama. Bahkan kita tidak segan-segan memusuhi Allah
(bandingkan ay 14-18). Sehubungan dengan itu, melalui firman Tuhan ini, Allah
meminta dua hal daripada kita sebagai berikut :
(1) Jangan
sia-siakan kesempatan yang diberikan Allah. Betapapun besar kesalahan
dan dosa, Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya. Dan setiap orang yang menyebut
nama Tuhan diminta supaya meninggalkan kejahatan. Dia memberi kesempatan kepada
kita, agar kita meninggalkan dosa dan kejahatan, lalu menerima bahagian dalam
hidup kekal yang dijanjikan-Nya kepada kita melalui Yesus Kristus (baca ay 19,
25b).
Sungguh benar apa
yang disampaikan oleh Paulus. Allah “memberi kesempatan” kepada kita
untuk memperoleh kasih karunia-Nya. Di tempat lain Paulus menulis : “Tidakkah
engkau tahu bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada
pertobatan?” (Roma 2:4). Allah tidak menghendaki kita binasa. Lebih jelas
lagi : Allah tak menghendaki kita mengalami kegagalan dalam hidup kita. Ia
ingin kita berhasil. Dan, keberhasilan itu hanya tercapai, bila kita tetap
memelihara dan membina persekutuan dengan Allah berdasarkan pekerjaan Yesus
Kristus (baca ay 20-21).
(2) Pelihara
persekutuan dengan Allah dan persekutuan dengan jemaat yang telah dibangun-Nya
di dalam Yesus Kristus. TUHAN : Bapa dan Sahabat kita, sedang
menantikan kita kembali melalui jalan pertobatan. Kita harus mendahulukan
keinginan-Nya, yakni : Kita harus memelihara persekutuan dengan Dia. Kita harus
saling mengasihi sebagai saudara seiman. Kita harus saling berdamai dan berbagi
kesejahteraan dengan semua orang (baca Galatia 6:10).
Sebagai anak dan
sahabat dari Tuhan, kita wajib melakukan semua yang diinginkan-Nya. Bawalah
damai sejahtera Tuhan ke dalam persekutuan jemaat, maka kita diberkati-Nya.
Hindari diri dari segala hal yang menimbulkan pertengkaran dan yang merusak
persekutuan jemaat sebagai tubuh Kristus. Damai sejahtera dapat tercapai jika
kita memelihara persekutuan dengan Allah dan sesama (baca ay 20-25a). Amin!
KKR HUT di Jemaat
BNKP Tabing (hari ke IV)
Jumat, 21
September 2007
Sub Tema (IV)
Akui
Kesalahan dan Mohon Pengampunan
Hosea 14 : 2 - 4
2 Bertobatlah, hai Israel,
kepada TUHAN, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu. 3
Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada TUHAN!
Katakanlah kepada-Nya : “Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat
yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.
4 Asyur tidak dapat menyelamatkan
kami; kami tidak mau mengendarai kuda, dan kami tidak akan berkata lagi : Ya,
Allah kami! kepada buatan tangan kami. Karena Engkau menyayamgi anak yatim.”
Renungan
Mengakui kesalahan
memerlukan kemauan dan keberanian, sebab di dalamnya terkandung pengakuan
adanya kegagalan untuk memberi yang terbaik kepada Allah dan sesama. Harus
berani dan siap mengakui kegagalan itu. Untuk itu lakukanlah dua hal di bawah
ini.
(1) Jujurlah
mengakui dosa di hadapan Allah dengan penuh penyesalan. Ketika kita
menyakiti hati sesama, kita tidak boleh berkata : “Ini urusan saya dengan
Tuhan”. Kalau demikian, berarti memanipulasi kesalahan dan mengingkari diri
dalam hal berbuat dosa. Yesus dalam pengajaran-Nya tentang doa, mendorong tiap
orang untuk berani mengakui dosa dan kesalahannya (Mt 6 : 12). Pauluspun berani
mengakui, bahwa ia paling berdosa (1Tim 1:15).
Juga Yohanes menyatakan, bahwa kita menipu diri kita sendiri jika
berkata kita tidak berdosa (1Yoh 1:8).
Dalam pengertian
yang demikian, mengakui kesalahan dan dosa, memperlihatkan sikap orang percaya
yang berbobot. Tetapi inilah kesulitan terbesar kita. Kita enggan mengakui
kesalahan dan dosa kita, tetapi menghendaki pengampunan dari Tuhan.
Firman Tuhan hari
ini, menggemakan ajakan Tuhan agar kita mau berbalik dari kesalahan dan dosa.
Inilah yang disebut dengan bertobat, yakni mengambil jalan yang mengarah kepada
Yesus. Dengan berbalik, nampak suatu persembahan hati yang hancur (baca Maz
51:19, Hos 14:3d). Dengan jalan demikian kasih karunia Allah berlaku. Orang
meninggalkan Tuhan, karena mereka berpikir dapat mengandalkan manusia (baca ay
4).
Yesus memberi
jaminan kepada setiap orang percaya, bahwa ia akan mendapat kekuatan melalui
kehadiran Roh Penghibur, sehingga mereka yang sudah mengalami pengampunan harus
menjadi saksi Kristus tentang kasih-Nya yang besar (1Ptr 2:9).
(2) Mengaku
kesalahan kepada Tuhan harus diawali dari orang yang terdekat dengan kita.
Hari ini jangan tunda untuk mengakui kesalahan kepada Tuhan. Kita awali dari
keluarga kita. Kita akui kesalahan dan minta maaf kepada pasangan kita ketika
mengecewakannya. Jangan gengsi untuk mengakui kesalahan dan minta maaf kepada
suami atau istri atau anak-anak atau orangtua. Bagaimana kita bisa mengampuni
orang lain sementara suami atau istri yang mendampingi, kita abaikan? Hari ini
firman Tuhan menolong kita untuk memakai kesempatan yang indah bersama Tuhan
untuk saling mengaku kesalahan dan saling 0mengampuni. Amin!
KKR HUT di Jemaat
BNKP Tabing (hari ke V)
Minggu, 23
September 2007
Sub Tema (V)
Jangan Terlambat, Siap Sedialah
Matius 25 : 1-13
1 “Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga
seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai
laki-laki. 2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. 3 Gadis-gadis yang
bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, 4 sedangkan
gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam
buli-buli mereka. 5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga,
mengantuklah mereka semua lalu tertidur.
6 Waktu tengah malam terdengarlah
suara orang berseru : Mempelai datang! Songsonglah dia! 7 Gadis-gadis itupun
bangun semuanya lala mempersiapkan pelita mereka. 8 Gadis-gadis yang bodoh
berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana : Berikanlah kami sedikit dari
minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. 9 Tetapi jawab gadis-gadis yang
bijaksana itu : Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk mamu. Lebih baik
kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. 10 Akan tetapi, waktu mereka
sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah
siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu
ditutup.
11 Kemudian datang juga gadis-gadis
yang lain itu dan berkata : Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! 12 Tetapi ia
menjawab : Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. 13 Karena
itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”
Renungan
Nats khotbah ini
adalah perumpamaan Tuhan Yesus tentang : Sepuluh orang gadis yang membawa
pelita menyongsong mempelai laki-laki. Lima orang gadis yang disebut bijaksana
dan lima orang gadis yang disebut bodoh. Mengapa yang lima orang itu disebut
bodoh? Mereka sama-sama pergi, sama-sama membawa pelita, bahkan sama-sama
sempat tertidur menunggu mempelai laki-laki itu. Apa kekurangan gadis-gadis
yang lima orang itu? Kekurangannya hanya sedikit, gadis-gadis yang bodoh tidak
mempersiapkan minyak yang cukup dalam pelita mereka. Lima gadis lainnya sudah
menyediakan segala sesuatunya dengan cukup dan tepat, sehingga kapan saja
mempelai itu tiba mereka sudah siap.
Apa usaha yang
dilakukan oleh gadis-gadis yang bodoh ini? Mempelai laki-laki sudah tiba,
gadis-gadis bodoh ini baru berusaha mencari minyak dimana-mana, meminta, dan
membeli di tempat penjualan minyak. Semuanya sudah terlambat. Sementara mereka
mempersiapkan segala perlengkapannya, gadis-gadis bijaksana berangkat bersama-sama
mengiringi mempelai ke tempat pesta dan bersukacita. Gadis-gadis bodoh
ketinggalan, mereka terlambat sampai di tempat mempelai, mereka tidak dapat
masuk karena pintu sudah ditutup.
Tuhan Yesus, melalui
perumpamaan ini ingin memberitahukan kepada kita satu hal penting dalam
kerajaan Allah, yaitu supaya kita jangan sampai terlambat. Orang yang sudah
mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, merekalah yang dapat menyambut,
mengiringi dan bersama dengan Tuhan Yesus (mempelai laki-laki) ke tempat sukacita
di dalam kerajaan sorga. Orang yang belum siap sebelum kedatangan Yesus, mereka
terlambat, akhirnya tidak dapat masuk ke
tempat sukacita, karena pintu kerajaan sorga sudah terkunci bagi mereka.
Sehubungan dengan
itu, marilah kita memperhatikan dengan sungguh-sungguh tiga hal di bawah ini.
(1) Saat
kedatangan Tuhan Yesus kedua kali, tidak ada yang mengetahuinya. Dalam
Mat 24:43, Yesus memperingati : “Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia,
karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” Ada dua hal tentang
kedatangan Yesus. Pertama, kedatangan-Nya untuk menjemput kita, saat kita
meninggalkan dunia ini. Kedua, kedatangan Yesus kedua kali untuk menghakimi,
pada akhir zaman (baca 2Kor 5:10). Kedua peristiwa itu tidak ada yang
mengetahui saat dan waktunya. Karena itu kita harus sungguh-sungguh
mempersiapkan diri sebelum Yesus datang.
(2) Kita harus
menjadi orang bijaksana. Menjadi orang yang bijaksana adalah seperti
gadis-gadis yang bijaksana. Yesus mengingatkan kita semua : “Karena itu
berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (baca
Mat 24:42 dan Mat 25:13).
Orang bijaksana,
mempersiapkan diri dalam iman. Iman yang disertai dengan perbuatan (Yak 2:17,
26). Iman yang tidak disertai perbuatan tidak lengkap, sama seperti pelita yang
tidak dilengkapi dengan minyak; tidak dapat menyala dan tidak bisa bercahaya.
Persiapan lain yang
harus dilakukan orang bijaksana ialah, bertobat. Dosa dan segala sesuatu yang
tidak berkenan kepada Tuhan segera ditinggalkan, dibuang jauh-jauh. Ketika
Yesus mulai mengajar, pertama sekali Ia memanggil orang untuk bertobat,
kata-Nya : “Bertobatlah, karena kerajaan sorga sudah dekat!” (Mat
4:17b). Segala persiapan itu harus dilakukan “sebelum” tiba hari kedatangan
Tuhan. Itulah perbuatan bijaksana, seperti yang dilakukan lima gadis yang
bijaksana dalam perumpamaan ini.
(3) Jangan
sampai terlambat, supaya jangan ketinggalan. Kalau kita terlambat maka
segala usaha menjadi sia-sia. Terlambat dalam mempersiapkan segala sesuatu
akibatnya bisa fatal. Terlambat menerima anugerah Tuhan, mengakibatkan kita
rugi. Terlambat masuk sorga, terpaksa masuk neraka. Dalam kerajaan Allah tidak
ada istilah “terlambat”, karena jika terlambat upahnya hanya satu, yaitu :
“pintu telah tertutup.” Sama artinya dengan Tuhan tidak mengenal orang yang
terlambat itu. Tidak ada lagi yang akan membukakan pintu baginya.
Bagaimana caranya
supaya kita jangan terlambat masuk ke dalam Kerajaan Allah? Yang perlu kita
perhatikan ialah agar setiap saat, kita siap sedia. Oleh sebab itu, jangan ada
yang berpikir bahwa persiapan itu dapat dilakukan pada saat-saat terakhir.
Orang yang masih muda jangan menunggu sampai masa tua baru mempersiapkan diri.
Kedatangan Tuhan Yesus tidak ada yang mengetahuinya. Yesus sendiripun tidak
mengetahuinya. Jangan tunggu sampai tua untuk berdamai dengan sesama. Siapa
tahu ketika Tuhan datang, kebetulan musuh kita itu sedang berpergian ke tempat
yang jauh, sehingga tidak ada kesempatan untuk berdamai. Jangan tunggu sampai
pensiun baru mempersiapkan segala sesuatu yang perlu untuk menyongsong Tuhan.
Siapa tahu kedatangan Tuhan justru sebelum memasuki masa pensiun. Jika itu
terjadi, berarti kita terlambat.
Menantikan Tuhan
harus dilakukan setiap saat, mulai hari ini juga. Firman Tuhan berkata : “Pada
hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu” (Ibr 3:15).
Untuk masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, masa hidup inilah masa persiapan. Termasuk masa pertobatan,
masa beriman, masa mengikut Tuhan, masa menjalankan kehendak-Nya. Bukan sesudah
kedatangan Tuhan kembali pada hari yang terakhir. Bukan pula sesudah hari
kematian kita. Karena kita sama sekali tidak tahu kapan kedatangan mempelai
(Tuhan Yesus) itu. Berbahagialah orang-orang yang tidak terlambat menyongsong
Tuhan, karena pintu sukacita terbuka baginya. Amin!
Diposkan dari Batam
Kamis, 28 Juli 2016
oleh Pdt. Sudiaro Laiya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar